SISTEM STARTER PADA MOBIL
Starting System ( Sistem Starter )
Fungsi Suatu sistem yang dapat menghasilkan gerak yang untuk memancing gerakan awal piston sehingga terjadi siklus kerja mesin
Komponen Utama Sistem Starter
- Accumulator ( Batteray)
- Igniton Switch ( KunciKontak )
- Solenoid ( Switch Magnet Motor Starter )
- Motor starter
Accumolator ( Batteray ) untuk menyimpan arus listrik
Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkannya dalam bentuk listrik. Fungsi baterai adalah sebagai penyedia listrik pada sistem kelistrikan pada kendaraan.
Konstruksi
Berdasarkan konstruksi baterai dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Konstruksi Comound
Baterai
ini sel-selnya berdiri sendiri-sendiri dan antara sel yang satu dengan
yang lain dihubungkan dengan lead bar (connector) diluar case.
2. Konstruksi Solid
Baterai
ini antara sel yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan lead bar
di dalam case. Terminal yang kelihatan hanya dua buah hasil hubungan
seri dari sel-selnya.
Tipe Baterai
Ada 2 macam tipe baterai yaitu :
1. Baterai Tipe Basah (Wet Type)
Baterai
tipe basah (wet type) terdiri dari elemen-elemen yang telah diisi penuh
dengan muatan listrik (full charged) dan dalam penyimpanannya telah
diisi dengan elektrolit. Baterai ini tidak bisa dipertahankan tetap
dalam kondisi full charge. Sehingga harus diisi (charge) secara
periodik.
Selama
baterai tidak digunakan dalam penyimpanan, akan terjadi reaksi kimia
secara lambat yang menyebabkan berkurangnya kapasitas baterai. Reaksi
ini disebut “self Discharge”.
2. Baterai Tipe kering (Dry Type)
Baterai
tipe kering (Dry Type) terdiri dari plat-plat (positip & negatip)
yang telah diisi penuh dengan muatan listrik, tetapi dalam
penyimpanannya tidak diisi dengan elektrolit. Jadi keluar pabrik dalam
kondisi kering. Pada dasarnya baterai ini sama seperti dengan baterai
tipe basah. Elemen-elemen bateraij ini diisi secara khusus dengan cara
memberikan arus DC pada plat yang direndamkan ke dalam larutan
elektrolit lemah. Setelah plat-plat itu terisi penuh dengan muatan
listrik, kemudian diangkat dari larutan elektrolit lalu dicuci dengan
air dan dikeringkan. Kemudian plat-plat tersebut dirangkai dalam case
baterai. Sehingga biala baterai tersebut akan dipakai, cukup diisi
elektrolit dan langsung bisa digunakan tanpa discharge kembali.
Vent plug
Vent
plug terdapat pada tutup disetiap sel. Fungsinya adalah untuk mencegah
masuknya debu dan kotoran kedalam sel. Fungsi yang lebih penting lagi
adalah agar tersedia saluran (lubang). Untuk membebaskan gas dan
kemungkinan terbentuknya lagi asam sulfat yang terkandung di dalam uap
asam yang terbentuk pada saat pengisian baterai.
Plat Positip Dan Plat Negatip
1. Plat Positip
Plat positip terbuat dari material PbO2 (lead peroxide) yang berwarna coklat tua
2. Plat Negatip
Plat negatip terbuat dari material Pb (spongy lead) yang berwarna kelabu.
Untuk
mencegah plat positip dan plat negatip bersinggungan, dipasang
separator, yang terbuat dari polyvynil chloride (PVC) yang berpori-pori.
Elektrolit (H2SO4)
Standard
berat jenis (specific gravity) elektrolit baterai pada temperatur
standart (20 derajat celcius) adalah 1.280. Apabila temperatur larutan
elektrolit berubah, maka standart berat jenis elektrolit baterai dapat
dicari dengan rumus :
S 20 = St + 0,0007 (t – 20)
Dimana : S20 = Berat jenis pada temperatur 20 derajat celcius
St = Berat jenis pada temperature pengukuran
t = Temperatur elektrolit
Berat
jenis elektrolit akan turun pada saat baterai dipakai (discharge). Pada
kondisi standart (20 derajat celcius), bila berat jenis elektrolit
turun mencapai 1.200, maka baterai harus diisi kembali (charging). Bila
jumlah elektrolit di dalam baterai berkurang, maka harus ditambah dengan
air aki (air suling).
Perubahan berat jenis elektrolit tergantung oleh :
- - Discharge rate.
- - Charge rate.
- - Temperature.
- - Jumlah dari asam sulfat yang terkandung dalam elektrolit.
Larutan
elektrolit dapat membeku pada temperature tertentu. Oleh karena itu
kalau menyimpan baterai boleh ditempat sedingin mungkin asalkan tidak
sampai larutan elektronitnya membeku.
Reaksi Kimia
Baterai pada saat discharging maupun recharging akan terjadi reaksi kimia
Reaksi Kimia Pada Saat Discharging
Yang dimaksud discharging adalah penggunaan isi (kapasitas) baterai.Reaksi kimia yang terjadi ialah :
Pb O2 + 2 H2 SO4 Pb SO4 + 2 H2 O + Pb SO4
Pada ahir discharging, plat positip dan plat negatip akan menjadi Pb SO4 dan elektrolitnya akan menjadi H2 O.
Reaksi Kimia Pada Saat Recharging
Recharging adalah proses pengisian baterai. Reaksi kimia yang terjadi ialah :
Pb SO4 + 2 H2 O + Pb SO4 Pb O2 + 2 H2 SO4
Ahir dari proses recharging ini, plat positip kembali menjadi Pb O2 dan plat negatipnya Pb, sedangkan elektrolit kembali terbentuk menjadi H2 SO4.
Larutan Elektrolit
Hasil
campuran 36 % Asam Sulfat dan 64 % air akan menghasilkan elektrolit
yang berat jenisnya 1.270 pada 80 derajat F (27 derajat C). Larutan
elektrolit ini terdiri dari pencampuran antara Asam Sulfat (H2SO4) yang
berat jenisnya 1.835 dan air (H2O) yang berat jenisnya 1 dengan
komposisi tertentu.
Terminal Voltage
Terminal voltage adalah batas tegangan baterai yang diijinkan pada saat discharging dan recharging.
a. Saat Discharging
Ketika
baterai dipakai dengan arus besar, sebagia contoh digunakan untuk
memutar engine waktu start, maka tahanan dalam baterai akan naik. Hal
ini tidak hanya disebabkan berkurangnya asam sulfat (yang semestinya
untuk mempertahankan kecepatan reaksi kimia antara plat-plat dan
elektrolit), tetapi juga akibat polarisasi baterai itu.
b. Saat Recharging
Pada
saat recharging ( arus pengisian kurang lebih seper sepuluh dari arus
discharging rata-rata ) maka akan menghasilkan naiknya perbedaan
potensial antara positip dan negatip. Pada saat recharging tersebut,
akan timbul gelembung-gelembung karena peristiwa elektrolisa
(penguraian) H2O. Gelembung-gelembung tersebut dapat menyebabkan umur
baterai pendek. Oleh karena itu, ketika recharging apabila sudah
mencapai terminal voltage, maka recharging dihentikan.
Self Discharge
Suatu
baterai yang telah diisi elektrolit, jika didiamkan (tidak dipakai)
akan kehilangan muatan listriknya. Hal ini disebabkan, setelah baterai
diisi elektrolit, maka baterai mulai mengalami suatu reaksi kimia,
meskipun baterai tersebut dipakai atau tidak. Sifat seperti ini tidak
dapat dihindarkan pada semua baterai. Kehilangan muatan listrik yang
tersimpan tanpa pemakaian melalui rangakaian luar disebut “Self
Discharge”
Sebab-sebab self discharge sebagai berikut :
1. Plat negatip beraksi langsung dengan asam sulfat dari elektrolit membentuk timbal sulfat (Pb SO4)
2. Hubungan singkat antara plat positip dan plat negatip melalui endapan dari material aktif
3. Jika suhu dan konsentrasi elektrolit tidak merata disekitar plat positip dan negatip akan terjadi reaksi elektrokimia local.
Hal-hal seperti di atas ini yang menyebabkan muatan baterai akan berkurang meskipun tidak dipakai.
Reaksi
kimia yang terjadi dalam baterai akan lebih cepat dengan kenaikan suhu
elektrolit. Hal ini juga berarti “Self Discharge” akan bertambah cepat
jika suhu lebih tinggi. Jadi penyimpanan baterai pada suhu rendah lebih
efektif dalam memperkecil kecepatan “Self Discharge”.
Faktor
lain yang mempercepat “Self Discharge” adalah bila elektrolit atau air
suling yang diisikan ke dalam baterai mengandung material-material yang
tidak diinginkan, karena akan menimbulkan reaksi local.
Kapasitas Baterai
Kapasitas
baterai adalah jumlah listrik yang dapat dihasilkan dengan melepaskan
arus tetap, sampai dicapai voltage ahir. Besarnya ditentukan dengan
mengalikan besar arus pelepasan dengan waktu pelepasan dan dinyatakan
dalam AH (Ampere Hour).
Jadi
untuk menyatakan kapasitas baterai, perlu ditentukan laju arus
pelepasan. Karena kapasitas baterai tergantung dari kuat arus pelepasan.
Misalnya
suatu baterai mempunyai kapasitas 100 AH untuk laju arus 20 jam. Ini
berarti baterai tersebut sanggup melepaskan muatan sebesar 5 ampere
selama 20 jam. Tapi tidak berarti mampu melepaskan muatan sebesar 10
ampere selama 10 jam. Jadi jika ingin membandingkan kapasitas baterai
perlu disamakan dahulu laju arus pelepasan muatan listriknya.
Pengetesan Baterai
Kondisi
dari sebuah baterai ditunjukan oleh berat jenis larutan elektronitnya.
Salah satu cara yang paling sederhana dan lebih dipercaya adalah dengan
mengukur berat jenis dari larutan elektrolit. Alat untuk mengukur berat
jenis elektrolit disebut “Hydrometer” dan dilengkapi dengan thermometer
untuk mengetahui temperatur elektrolit.
Hydrometer
dikalibrasi untuk mengukur berat jenis elektrolit pada temperature
standar (JIS) 20 derajat celcius (68 derajat F). Untuk menentukan
pembacaan berat jenis yang benar adalah sebagi berikut :
- Bila suhu di atas 20 derajat C (68 derajat F), ditambah 0,0007 tiap kenaikan 1 derajat C.
- Bila suhu di bawah 20 derajat C (68 derajat F), dikurangi 0,0007 tiap penurunan 1 derajat C.
Sebagai
contoh, pada suhu 49 derajat C didapatkan pembacaan berat jenis
elektrolit 1,2597. Dimana pengukuran ini suhu elektrolitnya 29 derajat
celcius di atas standar yang ditetapkan yaitu 20 derajat JIS. Sehingga
pembacaan berat jenis yang sebenarnya dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
S20 = St + 0,0007 (t – 20)
= 1.2597 + 0,0007 (49 – 20)
= 1,2597 + 0,0203
= 1,28
Jadi pembacaan yang benar setelah dikoreksi dengan temperature adalah 1,28
Perawatan Baterai
Berikut ini beberapa tips untuk merawat baterai mobil :
1. Memeriksa
secara berkala kondisi air aki (bila Anda memakai aki basah). Jika
indikatornya menyatakan kekurangan air, Segera tambahkan air aki sesuai
dengan takarannya, sebelum mobil dihidupkan di pagi hari. Mestinya air
aki selalu terjaga di antara tanda low level dan upper level (biasa
tertera pada sisi aki). Bila berada di bawah low level segera tambahkan,
maksimal pada garis upper level.
Karena, air aki berfungsi untuk membantu mendinginkan sel-sel aki. Bila
air aki berkurang, sel-sel di dalam aki bisa menjadi berubah bentuk
(melengkung).
2. Setelah diisi dengan air khusus pengisi aki, diamkan beberapa saat, baru nyalakan mobil Anda.
3. Secara
berkala juga harap memeriksa terminal di aki (positif maupun negatif).
Cek apakah terjadi korosi atau tidak. Korosi dapat dibersihkan dengan
menyiramkan air panas pada kedua terminalnya.
4. Jika
hendak mematikan mobil, harap matikan dahulu komponen-komponen
kelistrikannya, misalnya lampu luar, AC, radio/tape, CD, charger
handphone, dan lainnya.
5. Jika
mobil tidak akan digunakan dalam jangka waktu yang lama, copot terminal
negatif pada aki Anda. Kepala aki yang dicopot tersebut agar dibungkus
dengan kain, untuk menjaga agar terminal negatif tersebut tidak
bersentuhan dengan body mobil.
6. Tiap 3 bulan sekali, jika Anda berkunjung ke bengkel, mohon agar dicek kondisi pengisian kelistrikan mobil tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penyimpanan baterai :
1. Baterai
yang tidak dipakai harus disimpan di tempat yang kering, sejuk dan
tidak kena sinar matahari langsung, karena bias mempercepat reaksi kimia
(self discharge)
2. Baterai yang diterima lebih dahulu sebaiknya didahulukan pemakaiannya.
3. Untuk
baterai tipe basah, perlu adanya pengisian secara periodi, yaitu
minimal 1 bulan sekali, untuk menjaga baterai tetap full charge dan
tidak cepat rusak.
Peringatan Keselamatan:
Asam
Sulfat sangat berbahaya, dapat menyebabkan kulit dan mata teriritasi
dan terbakar. Asam Sulfat juga dapat menyebabkan ledakan pada beberapa
kasus.
Saat
bekerja dengan Aki dan Elektrolit, lindungi diri Anda dengan kaca mata
pelindung, dan pelindung wajah. Pakailah bahan garmen untuk melindungi
wajah, tangan dan tubuh Anda.
Selain hal-hal di atas, perhatikan dengan tindakan-tindakan pencegahan di bawah ini:
- Selalu bekerja di udara terbuka atau tempat yang mempunyai ventilasi besar pada saat Anda bekerja dengan Aki.
- Pastikan tempat sekitar Anda bebas dari sumber api ataupun percikan api, bahkan rokok. Sumber Api dapat menyebabkan Aki meledak.
- Selalu pastikan tutup pengisian Elektrolit tertutup erat dan tepat.
- Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
- Selalu putuskan hubungan kabel negatif terlebih dahulu pada saat pelepasan Aki, dan menghubungkannya paling akhir pada saat pemasangan Aki.
- Jangan pernah bersentuhan dengan Aki pada saat pengisian aliran listrik (charging), pengetesan, atau penyetruman mesin.
- Matikan semua kelistrikan sebelum memutuskan koneksi arus listrik.
- Sebelum menggunakan alat yang dapat menghantarkan listrik (konduktor), pindahkan barang-barang yang mengandung metal yang ada pada tangan ataupun lengan (jam tangan).
Igniton Switch untuk menyambung dan memutus arus listrik
Solenoid ( Switch Magnet )
Starter relay/solenoid switch (saklar magnet starter)
By Coilku | January 10, 2012
Starter relay yang sederhana maksudnya adalah sejenis
relay biasa yang hanya terdiri dari sebuah kumparan dan empat buah
terminal dan ditempatkan terpisah dari motor starter . Starter relay ini
pada umumnya digunakan pada sepeda motor berukuran kecil.
Arus yang dialirkan ke kumparan relay ini cukup kecil
sehingga tidak akan membuat kontak pada tombol starter kelebihan beban.
Setelah arus sampai ke massa, pada kumparan relay starterterjadi
kemagnetan. Hal ini akan menyebabkan plat kontak padarelay starter
tertarik (menutup), sehingga arus yang besar langsung dari baterai
mengalir menuju motor starter.
MOTOR STARTER(Nama komponen dan fungsi komponen)
>> Senin, 04 April 2011
Kali ini saya akan membahas tentang Motor Starter hal
ini bertujuan agar kita dapat merawat dan memperbaiki sister starter
kendaraan kita sendri. Oke langsung aja deh ke TKP hehe..
Sebagai penggerak awal pada mobil agar engine dapat hidup.
Definisi motor starter (listrik) :
Sesuatu pesawat yang merubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanik ( tenaga gerak).
Faktor – factor yang merubah energy listrik menjadi energy mekanik
" Magnet + Penghantar + Listrik = GERAKAN "
Nama komponen dan fungsi :
1. Magnetic Switch
a. untuk menghubungkan pinion gear dengan ring gear.
b. untuk menghubungkan arus yang besar dari batre ke almature melalui plat kontak
Gaya magnetic yang di hasilkan oleh Pullin akan menarik plunger sehingga tuas penggerak akan menggeser pinion maju kea rah gear.
Dan rangkaian arus yang mengalir yaitu dari batre (B) -> K.K -> Terminal ST (50) -> Kumparan Pullin -> Motor (M)
Gaya
magnetic yang di hasilkan oleh Hold in coil akan menahan plunger
sehingga pinion akan berhubunga dengan ply wheel sampai adanya gerakan.
Arus mengalir dari batre (B) -> K.K -> ST -> Kumparan Hold in -> Ground (Massa)
2. Fiel Coil (kumparan magnet)
Fungsi : membangkitkan medan magnet.
3. Brush (sikat kawat)
Fungsi : menghubungkan arus dari terminal C ke Komutator.
4. Brush Spring(Pegas Sikat)
Fungsi : Untuk Menekan brush merapat ke Komulator
5. Yoke (Rumah Starter)
Fungsi : Tempat dudukan komponen motor, terdiri dari pole core, Field Coil dan Brush (+).
6. Almature
Fungsi : Untuk memutarkan pinion Gear dan sebagai inti besi dari coil. Terdiri dari : almature shaft, helical spline, armature
Winding, almature core dan komutator.
7. Starter Clutch
Fungsi
: Untuk menghubungkan dan memutuskan putaran dari ring gear ke almature
dan untuk pengaman almature pada saat pinion gear lengket ke ring gear.
8. Pinion Gear
Fungsi : Untuk memutarkan ring gear
9. Drive Housing
Fungsi : sebagai Dudukan drive lever (shift)
10. Driver lever
Fungsi : mendorong starter Clutch dengan pinion gear berhubungan dengan ring ger.
Comments
Post a Comment